Featured Slider

PENGARUH GADGET PADA ANAK-ANAK


Zaman era digital sekarang ini di mana pun kita berada pasti akan menemui situasi yang hampir setiap orang menggunakan gadget. Tanpa mengenal waktu, tempat, mau pun keadaan. Seperti sudah menjadi bagian kebutuhan prioritas dalam menunjang jalannya roda kehidupan. Sebaliknya tanpa keberadaan benda mungil yang satu ini bisa dibilang aneh, ada yang kurang dalam diri seseorang, sungguh luar biasa kewujudannya. Bagaimana tidak, semua informasi yang berkenaan dengan mobilitas manusia hampir diseluruh dunia lengkap terdapat di dalamnya, segalanya bisa didapat dengan cepat hanya sekali sentuh dan ketik saja, canggih. 

Dahulu sebelum fasilitas internet booming, gadget hanya digunakan untuk sekedar berkomunikasi dua arah atau berkirim pesan saja (Short Message Sercive atau biasa disebut SMS), tapi sekarang semakin modern peranti di dalamnya dan ditunjang dengan fasilitas internet tanpa batas yang semakin meluas, bisa melakukan banyak hal. Sebagai contoh belajar mengajar, berbisnis, menulis, bertukar informasi, meeting, bertransaksi, berdakwah, bahkan ritual sakral seperti pernikahan pun bisa dilakukan secara virtual (ada seorang sahabatku yang menikah dengan warga Amerika), dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Penggunaan Tepat Sasaran 
Kehadirannya tetap harus diwaspadai, dengan artian berhati-hati saat berhadapan dengan benda satu ini, jangan sampai lalai dan lupa diri. Kebanyakan jika tidak bisa mengontrol diri memang bisa berakibat buruk. Niat awal hanya sekedar beberapa menit saja berselancar di media sosial, tapi nyatanya tanpa disadari semakin di-scroll ke bawah semakin asyik hingga berjam-jam. Bisa mengakibatkan mata menjadi perih, lelah, bahkan badan pun kadang terasa kaku karena pergerakan hanya pada mata dan jari saja. 

Mengatur Waktu dengan Baik 
Aku pernah merasakan hal serupa seperti di atas, sungguh tidak enak dan merasa diri telah membuang waktu untuk hal yang tidak berfaedah. Sekarang lebih memilih menggunakan gadget pada hal-hal yang membawa kearah positif seperti memanfaatkan waktu yang ada sebagai ibu rumah tangga untuk mencari ilmu yang berhubungan dengan dunia parenting dan  berkumpul bersama teman-teman yang memiliki tujuan sama. 

Kebetulan aku suka belajar, mencoba mencari kelas online yang berhubungan dengan hobiku seperti memasak, berkebun, berbisnis, atau pun menulis. Menjadi orang tua juga tetap harus memperbarui ilmu supaya ke depannya semakin bijak dalam mengajar dan mendidik anak-anak sesuai zamannya dimasa sekarang. Jika tidak perlu, ya jangan digunakan. Begitu juga sebaliknya jika diperlukan, manfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin, kalau bisa gunakan waktu (alarm) agar tidak keasyikan dan lupa diri. 

Ada Pengawasan dari Orangtua 
Digunakan dalam proses belajar mengajar, gadget juga wajib dicek kembali setelah dipakai oleh anak-anak, bukan maksud terlalu proteksi, namun lebih kepada melindungi daripada hal buruk yang bisa saja terjadi, seperti ada situs yang hadir sebagai iklan lalu diklik dengan mudahnya tanpa sengaja. Selain itu juga selama proses diusahakan mendampingi sehingga tahu jelas apa saja yang sedang berlangsung tanpa menyembunyikan sesuatu, anak-anak tanpa segan bisa bertanya apa yang tidak dimengerti, dengan begitu mereka bisa belajar jujur dan merasa nyaman berselancar dalam mencari data atau informasi yang dibutuhkan. 

Tertanam Tanggung Jawab dalam Diri
Penggunaan gadget pada anak-anak juga harus ada tanggung jawab tersemat yaitu ketika tanpa pendampingan, pengawasan siapa pun, dan dipakai ketika sendirian, mereka paham untuk tidak bermain atau membuka selain hanya untuk keperluan yang wajib saja. Mengerti mana hak dan kewajiban yang harus didahulukan. 

Ada waktu tertentu bisa berkesempatan bermain dengan gadget, tidak dipungkiri ini juga merupakan kebutuhan untuk menyenangkan diri selain dari sebuah kewajiban supaya tidak jenuh dalam kesibukan harian sebagai pelajar. Bermain games, nonton film, menyanyi, membuat video misalnya, namun tetap ada batasnya, tidak sampai melalaikan. Mereka tahu dan mengatur sendiri akan bermain apa dan berapa lama, kalau aku biasanya memberi waktu sekitar 30 menit dalam sehari diwaktu senggang setelah tugas dan kewajiban selesai. Ada juga disediakan waktu lebih lama sekitar 1 jam yaitu ketika diujung minggu. 

Sedikitnya waktu yang diberikan membuat mereka menghargai waktu dan memanfaatkan dengan sungguh-sungguh. Pernah mengalami anak-anak begitu menikmati lama ber-gadget, akibatnya timbul emosional yang tidak tentu arah. Lalu aku coba siasati dengan meluangkan waktu untuk bermain bersama, membuat craft, dan hunting buku. Alhamdulillah sekarang penggunaannya berkurang, malah kadang tidak bermain, sebagai gantinya mereka lebih suka membaca buku dan kini hal tersebut sudah menjadi hobi baru (kutu buku). Sebagai penyemangat pada hal positif ini maka anak-anak harus diberi apresiasi berupa hadiah, setiap minggu tepatnya dihari Sabtu akan mendapatkan bonus dua buku komik kegemarannya. 


Saling Mengetahui Ketika Berhadapan dengan Gadget
Situs apa yang dibuka, pelajaran apa yang sedang berlangsung, dan informasi apa yang sedang dicari, sebisa mungkin kita tahu dan anak pun selalu berdiskusi akan hal tersebut. Ini akan tercipta saling keterbukaan dan sifat jujur. Tetap terjalin komunikasi, saling kontak mata walau pun sedang memegang gadget. Ketika harus berbincang sesuatu diusahakan berhenti sejenak, utamakan perbincangan antara kami. Di sinilah sifat saling menghargai tetap tercipta. 

Anak-anak sudah bisa mengontrol diri, tahu baik buruknya, tidak ketergantungan, dan menggunakan sebagai mestinya inshaallah akan terbentuk mental yang baik dan jiwa yang tenang. Tidak mudah tergoda dengan lingkungan dan teman-teman yang sebagian besar masih ketergantungan setiap ada kesempatan. 

Sering melihat orangtua yang cuai, bahkan tidak mengambil berat hal sebegini. Untuk mendiamkan anak yang rewel dengan cara memberikan gadget. Acara makan bersama di meja makan di Mall atau saat sarapan di hotel tidak lagi sesuai fungsinya untuk mempereratkan jalinan kekeluargaan karena semua menundukkan kepala disibukkan dengan gadget masing-masing di tangan. Sungguh miris. Seharusnya ketika kita bisa berkumpul saat itulah komunikasi harus dijalin dengan baik untuk saling berbagi cerita apa saja kegiatan rutinitas selama tidak bertemu. 

Anak-anak yang melihat situasi di atas spontan akan berkomentar tidak suka dengan mimik muka masam. Di meja makan, ruang tivi, ruang tamu, saat nge-Mall, menunggu sesuatu yang menimbulkan bosan dialihkan dengan membaca buku, bahkan ketika di dalam mobil pun kami sekeluarga berkomitmen untuk tidak menghadirkan benda kecil itu diantara kami. Kecuali Abinya karena sebagian besar pekerjaan berhubungan dengan gadget. Aku sebagai Ibuk ada juga kesibukan dalam bermedia sosial, disiasati pada jam malam ketika anak tidur. Namun jika ada hal penting atau harus membuka dalam waktu lama akan memberitahu dulu supaya tidak terjadi salah paham. Mereka bisa melihat apa yang sedang dilakukan. Kebiasaan saling terbuka ini membuat anak-anak merasa nyaman. 

Yuk, gunakan gadget untuk hal positif. 

KUALA LUMPUR - PULAU PANGKOR, PERAK

    Tanpa direncanakan tiba-tiba Pak Su bilang, "Kita ke Pulau Pangkor yuk, Mi, mumpung weekend, nih." Tanpa pikir panjang langsung aja dijawab,"Yuk." 

Semangat 45 bukan main senangnya diajak jalan ke lokasi yang kami belum pernah pergi. Yang penting urusan rumah wajib rapih sebelum ditinggal supaya tidak ada beban ketika pulang nanti. Baru, deh menyiapkan segala kebutuhan untuk liburan. 

     Tanggal 24 November 2018 hari Sabtu bertepatan dengan libur panjang anak sekolah di Malaysia hingga akhir Desember,  termasuk high season yang dapat dipastikan beberapa harga melambung dan tempat wisata padat. 

Dari rumah jam 14.50 pm dengan berjalan kaki singgah ke Sunway Putra Mall sejenak untuk membeli roti 5 buah di Family Mart. Dilanjutkan dengan makan siang di The Chicken Rice Shop restoran, kami makan berempat bayar RM41.50 dengan menu Nasi Ayam Madu, Sup Bebola Ayam dan paket Ikan Asam Pedas. 

Di seberang restoran ada booth Empire Sushi, anak-anak minta dibelikan untuk bekal di jalan, aneka Sushi 12 biji dengan harga RM18.

 


     Pukul 15.27 pm siang kami menuju stasiun kereta listrik yang jaraknya bersebelahan dengan Mall, naik LRT train dari station PWTC - TBS berjarak 25 menit perjalanan, tepat waktu. 

Seperti biasa beli snack sambil menunggu Pak Su menukar bus ticket yang sudah dibeli secara online, usahakan memesan tiket sebelum berpergian, ya apalagi pada musim liburan sekolah begini. 

4 tiket bus Arwana Express tujuan TBS - Lumut keberangkatan jam 16.30 pm, seat no. 11-12 dan 14-15 dengan harga @RM27.10 (harga dewasa) dapat duduk. Anak-anak bisa mendapatkan harga setengahnya tapi tanpa tempat duduk melainkan dipangku. Aku menghindari hal ini karena tidak nyaman dan lelah, baik aku mau pun si anak yang akan memakan waktu berjam-jam. 


     Jam 17.50 pm bus baru datang, terlambat 1 jam lebih tidak seperti biasa. Harus positif dan dibawa relaks supaya tidak ada aura negatif selama dalam perjalanan. Masuk ke dalam bus, mencari tempat duduk sesuai nomor, simpan tas di atas seat, posisikan tempat duduk dengan nyaman, yes siap buka makanan ringan yang dibeli tadi. Waktunya mengunyah, cemal cemil cual cuil buka bekal, bus berjalan, dan anak-anak pun mulai mengantuk. 😴

Jarum jam 20.40 pm malam kami dikejutkan dengan suara orang dan supir, ternyata bus berhenti sekitar 10 menit, tepatnya di station bus Teluk Intan untuk menurunkan penumpang.

Lalu 1 jam kemudian sekitar pukul 21.58 pm berhenti lagi di station bus Seri Manjung untuk menurunkan penumpang lagi namun hanya sesaat saja lalu melanjutkan perjalanan kembali. Jam 22.08 pm berhenti di station bus Lumut, sampai tujuan. 

Sepi sekali situasi hanya ada beberapa kedai kecil disekitarnya yang masih buka, maklum sudah larut malam. Pak Su pun berusaha untuk memesan Grab namun hasilnya nihil. Lalu aku mendatangi sebuah kedai dengan penjaga seorang perempuan untuk bertanya apakah ada taxi di sini. Barakallah jawaban memuaskan hati yang ternyata ada, dia pun menghubungi taxi yang dimaksud. 

Alhamdulillah taxi datang cepat, driver tersebut bernama Tok Wan (seorang lelaki tua dengan mobil lama) yang standby bisa mengantar kami ke The Orient Star Resort Lumut. Berjarak sekitar 5 menit dengan bayaran seikhlasnya, Subhanallah malam-malam dipertemukan dengan orang baik. Pak Su pun membayar RM10.


Akhirnya sampai di hotel, yeay.
Hotel bintang tiga The Orient Star Resort Lumut, dengan harga RM149 permalam, Deluxe Room Sea View, termasuk breakfast


Proses check in di Lobby tidak memakan waktu lama karena sudah larut. Dapat kunci cus on the way masuk kamar. Tanpa diminta perut pun menuntut haknya dengan bunyian merdu (keroncongan) yang sedari tadi ditahan. Mencari buku menu di sudut meja untuk memesan makanan, setelah dipilih yang diinginkan langsung menuju gagang telepon untuk membuat pesanan room service dengan nomor yang tertera, jam menunjukkan pukul 23.00 pm. 

Menunggu sekitar 40 menit waiter pun datang membawa makanan ke kamar, sudah diberitahu dalam talian bahwa yang dipesan agak lama, kami pun mengiyakan tanda setuju. Pesanan terdiri dari Nasi Goreng Istimewa, Sauted Chicken with Dry Chili, Manjung Popiah Goreng, Chicken Satay, dan House Seafood Spaghetti, total bayar RM70. Dengan menu sebanyak itu harga termasuk terjangkau, murah. 



     Kenyang makan malam, waktu pun merambat menuju dini hari, kami mandi air hangat untuk merelakskan badan. Tidak lupa mencuci baju seadanya, (sebagai backpacker ini wajib dilakukan dalam situasi apa pun) berharap besok bisa kering dengan adanya pendingin udara (AC). Saatnya menemani anak-anak untuk tidur. 

Keesokan hari bangun pagi menjelang Subuh sambil menikmati udara laut di depan jendela. Mengecek, merapihkan jemuran yang sudah mengering sebagian. Membangunkan anak-anak untuk shalat, dan bersiap untuk sarapan. 

Restoran terletak di lantai bawah bersebelahan dengan Lobby. Jam 07.30 am kami menuju restoran membawa voucher sarapan untuk dua orang seperti biasa namun kakak Sofia kena charge RM15 sedangkan adek Avira free. Alhamdulillah menu yang tersedia semua sedap dan bergizi. 



30 menit sarapan, badan cukup bertenaga untuk beraktivitas hari ini. Mendengar deru ombak yang tidak jauh dari tempat makan bikin penasaran ingin jalan-jalan ke pantai. Sepanjang pagi tadi turun hujan ringan, terlihat dari pasir pantai yang basah dan jalan agak licin. Menarik pemandangan laut dan terlihat sebuah Pulau di depan mata yaitu Pulau Pangkor. 



Jam 08.45 am pagi kembali ke kamar. Sebenarnya, sih dari raut muka anak-anak pengin sekali berenang di kolam renang yang letaknya dekat restoran, tapi Pak Su melarang karena badan mereka masih lelah, tidur tidak cukup tadi malam dan hari ini masih ada perjalanan menuju ke Pulau Pangkor dengan ferry, lebih baik simpan tenaga supaya tetap fit dan bertenaga.

Jam 10.00 am pagi kami check out dari hotel dengan berjalan kaki 10 menit menuju Jeti (pelabuhan kecil), diiringi hujan rintik sepanjang jalan yang bikin suasana jadi dingin. Tidak jauh dari Jeti Pak Su singgah ke atm BSN bank. 


     Setelah membeli tiket ferry, paket snorkeling, sewa mobil, dan mendapatkan informasi bagaimana situasi di Pulau Pangkor kami pun antri menuju Jeti, jam 10.40 am pagi sudah di dalam ferry.


Jam 11.10  am ferry berangkat. Bergoyang ke kanan kiri laut, si kecil menyanyi, kakak makan roti, Pak Su buka hp dan aku santai menikmati perjalanan laut. Jam 11.25 am berhenti di Jeti Sungai Pinang untuk menurunkan penumpang kemudian melanjutkan perjalanan lagi.

Jam 11.40 am sampai tujuan di Jeti Pulau Pangkor. Begitu keluar kami membuat panggilan kepada penghubung yang menyewakan mobil. Alhamdulillah tidak lama dan mudah ditemui. Melakukan transaksi dengan menandatangani sebuah bill, menerima kunci dan pergi menuju mobil yang ada di parkiran depan Jeti. Barakallah ternyata dapatnya mobil tua tapi automatik hiks. 

Tidak jauh dari Jeti ada pom bensin, isi 1 liter, sebenarnya mau isi 3 liter tapi penjaga pom memberitahu bahwa Pulau Pangkor hanya sebesar 30 menit perjalanan dengan mobil, kami pun setuju dengan apa yang disarankan. Jam 12.10 pm sampai di hotel Anjungan. Datang terlalu awal, kamar pun belum siap dibersihkan. Waktunya makan siang, kami simpan tas di Lobby dan mencari restoran yang letaknya tidak jauh dari hotel, cukup berjalan kaki saja di seberang jalan sudah terlihat kanan kiri banyak kedai makan dan restoran. Harga terbilang murah, kebanyakan menyediakan aneka menu seafood. 

Foto di bawah merupakan kamar kami dan fasilitas yang ada di hotel Anjungan. 

Setelah makan siang kami kembali ke hotel untuk mendapatkan kunci kamar. Anak-anak antusias suka sekali dengan pemandangan yang dilihat, ternyata terdapat kolam renang di depan kamar. Mereka tidur di tingkat atas, sementara kami di bawah. Ada pemandangan seru lainnya yaitu monyet di sekitar hotel karena belakang kamar banyak ditumbuhi pohon besar, di situlah bergelantungan. Sudah diingatkan oleh pihak hotel dan papan tanda peringatan untuk tidak membagi makan binatang, dikhawatirkan akan melukai atau mengambil barang yang dekat dengan kita. 

Yang unik dari hotel ini adalah fasilitas dalam kamar mandi bernuansa kampung berukuran luas, ada sebuah drum besar berwarna biru sebagai penampung air dilengkapi gayung mandi yang terbuat dari batok kelapa, ini semua bikin anak-anak betah berlama-lama main air. Seru, deh. 

Merapikan tas dan rebahan badan sejenak memejamkan mata supaya badan bertenaga dan bisa menerokai alam sore nanti. 


Note :
Jangan melakukan transaksi di depan Jeti Lumut, karena harga yang tertera mahal, lebih baik langsung datang ke Pulau Pangkor dan temui orang-orang yang menawarkan paket tour di sana, termasuk sewa kendaraan. 


PENGALAMAN TERJUN di DUNIA MENULIS

Sekilas mengenal dunia menulis ketika duduk di bangku sekolah dasar, sekedar coretan di memo mungil buku harian yang dipenuhi dengan warna warni spidol atau pun stiker. Tidak setiap hari menulis, hanya ketika ada kejadian berbeda dari hari biasa saja, seminggu dua atau tiga kali.


Memasuki bangku sekolah di Tsanawiyah (SMP) lebih rutin menulis, karena ketika itu ditinggal mamah kerja mencari nafkah ke Negeri jiran Malaysia, sebagai kenangan selama beliau pergi apa saja yang pernah aku alami dia akan tahu melalui coretan di diari.

Di bangku kuliahpun sama tulisan hanya sekedar catatan harian. Namun lebih sering karena berbarengan dengan membangun perusahaan otomatif (spare part motor, mobil). Banyak perencanaan untuk masa depan harus dibuat, seperti bagaimana penjualan dikembangkan, promosi disebarluaskan, berapa banyak karyawan yang akan direkrut, berapa gaji harus disiapkan, berapa cabang yang akan direncakan, berapa dealer yang akan bekerja sama, berapa kali import dilakukan dari Korea dan China, kota mana saja yang menjadi prioritas penjualan, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Itu semua ditulis dalam buku agenda tahunan yang selalu ada dan dibawa dalam tas. Jika ada ide yang berkaitan dengan perusahaan segera dituangkan dalam buku tersebut. Gadget dan Internet pada tahun 2000-an belum segencar sekarang. Ada, sih namun kurang fleksibel, terdapat jaringan hanya dibeberapa tempat tertentu saja, tidak seperti sekarang, semakin luas, maju dan canggih. 

Sepuluh tahun berkecimpung dalam perusahaan tersebut akhirnya memutuskan pensiun dini diusia 30 tahun, karena ingin lebih fokus pada keluarga sesuai yang direncanakan. Lalu hijrah ke Kuala Lumpur pada akhir tahun 2010 ikut suami karena adanya tawaran pekerjaan. Dunia Menulis pun vakum dengan sendirinya bahkan lenyap begitu saja seiring waktu dan kesibukan sebagai ibu rumah tangga, kalaupun ada hanya tentang catatan belanja harian atau bulanan keluarga. Kehidupan lebih fokus pada kehamilan, melahirkan, membesarkan anak ketiga (Sofia) dan keempat (Avira). 

Seiring waktu berjalan sekitar tahun 2012  mulai aktif di media sosial Facebook, terhubung dengan teman-teman sekolah dan kembali mulai menulis berupa status alankadarnya, masih tidak beraturan cara menulis, yang penting silaturahmi. Kalau diingatkan setiap tahunnya oleh Om Mark tentang tulisanku dahulu jadi malu sendiri. Tanda baca, alur tulisan, ejaan yang benar, semuanya berantakan hihihi.

Hingga pada tahun 2017 bertemulah dengan kelas belajar online berbayar tentang bagaimana cara menulis yang baik dan benar di media sosial. Sambil mengurus bayi yang masih menyusui diusahakan belajar. Alhamdulillah akhirnya tahu bagaimana tata cara penulisan yang selayaknya melalui beberapa Mentor. Walau belum sempurna, namun minimal sudah bisa menulis dengan baik dan enak dibaca. 

Niat rajin menulis di media sosial Instagram dan Facebook untuk sekedar membangun brand diri. Seringnya jalan-jalan setiap weekend di Semenjung Malaysia akhirnya terpikir untuk mempunyai blog dengan tujuan untuk mengabadikan perjalanan tersebut melalui sebuah tulisan dan sebagai kenangan dikemudian hari.

Atas saran teman-teman, akupun mengikuti kelas blog online berbayar yang ada, namun untuk yang satu ini selalu saja ada kendala. Dibutuhkan fokus, konsisten, dan keseriusan yang maksimal. Sedangkan aku selalu terbentur dengan hal tersebut, sehingga terbengkalai rumah blogku. Namun selalu diusahakan, jika ada keberuntungan waktu yang berpihak dan kesempatan sebisa mungkin menulis. 

Mengurus keluarga tanpa pembantu membuat waktu untuk me time menjadi sedikit, kalau ada pasti ditengah malam. Pagi hari harus fokus total urusan domestik, mengajar anak-anak (HomeSchooling). Kami ada di rumah selama empat hari, teng hari Jumat malam masuk weekend akan melakukan travelling keluar kota, jadi tiga hari berada di luar rumah. Selain urusan yang berhubungan dengan pekerjaan Pak Su juga sekalian liburan keluarga. 

Menulis tetap dilakukan di media sosial melalui beberapa event yang diadakan disebuah grup WA, yaitu menulis dalam jumlah tulisan pendek, tidak menyita waktu banyak. Sebisa mungkin ikut berperan untuk mengasah diri dan tidak ngoyo. Juga  menulis tentang kehidupan anak-anak di Instagram @sofia_avira.

Masih perlu belajar lagi dan ingin belajar. Harapanku semoga bisa menulis rutin dalam blog, amien. 

Kapan Belajar Memasak



Bicara tentang nguprek di dapur tidak ada batasan umur, yang jelas dan pasti adalah identik dengan kaum perempuan, iya dong, karena selalunya kitalah yang ada di ruangan berasap tersebut, eh, dapur ngebul deng heu. Keknya kalau cewek nggak bisa masak aneh ya, atau bahkan malu. Ya, iya dong, kan kita merupakan calon seorang isteri dan ibu bagi anak-anak dikemudian hari, yang mau tidak mau pasti akan memasak di dapur untuk kepentingan perut seisi keluarga, begitulah salah satu pesan ibu ketika menasihati anak perempuannya, tidak semua begitu sih, tapi memasak merupakan modal utama untuk menjadi seorang ibu. Ya, minimal bisa masak yang ringan-ringan sebagai awal pengenalan dunia dapur, seperti masak air, nasi atau indomie rebus, yang penting judulnya dimasak dengan matang dan bisa dimakan hehehe. 

Aku pun termasuk yang tidak pandai memasak, tahu memasak dari mamah, karena waktu kecil setiap hari melihat, dan mencium aroma masakannya ketika beliau mempersiapkan hidangan untuk kita sekeluarga. Kalau dirasa ringan dan bisa menolong biasanya mamah akan menyuruh aku untuk membantu, seperti kupas bawang, copot tangkai cabai, potong sayuran, dan sejenisnya. Kala itu umurku sekitar 8 tahunan, masih duduk di sekolah dasar, dan seingatku kompor yang digunakan masih memakai minyak tanah yang ada sumbunya, jadi kalau kurang berhati-hati dalam menyalakan kompor atau api kurang bersahabat dapat dipastikan ada hitam blepotan disekitar muka si pemasak, sekitar tahun 90-an (ketahuan deh umurku heu). 

Seiring waktu berjalan menginjak usia remaja aku melihat kakak ipar memasak untuk makan siang, diantara lauk pauk yang dihidangkan antara lain perkedel jagung, sup ayam, dan balado kentang. Tidak pernah menyangka lauk pauk sederhana tersebut menjadi kenangan dan merupakan puncak awal aku merasa termotivasi ingin sekali belajar memasak, entah mengapa tiba-tiba saja rasa itu timbul, pokoknya dalam diri tuh merasakan ada satu penasaran ingin tahu bagaimana caranya menghasilkan sebuah masakan, kalau bisa masak sepertinya diri ini merasa bangga sebagai perempuan, begitu membatin dalam hati. 

Hasrat terpendam ingin bisa memasak terwujud ketika dibangku kuliah, saat aku sudah mapan dalam berkarir, memiliki income, dan mandiri. Mencoba memasak lauk ringan untuk makan sendiri, mulai dari goreng-gorengan, sayur bening, hingga yang bersambal, pokoknya yang dimasak tidak makan waktu lama di dapur, menu praktis, dan ringan. Mencoba berbagai resep sederhana, dan alhamdulillah tidak selalu berhasil hehehe, ada beberapa kali gagal, baik dari segi rasa, bentuk atau pun hasil akhir yang berantakan. Ada saja kekurangannya, tidak putus asa begitu saja, terus mencoba hingga berhasil dan diri merasa puas. Kegiatan memasak tidak setiap hari, jarang, kalau libur kerja dan dirasa ingin makan sesuatu buatan tangan sendiri saja maka akan masak, namun jika malas melanda dan ingin santai menikmati waktu libur atau kesibukan akan kerja yang harus mencapai target, ya cukup beli lauk jadi aja, karena memang hanya dikonsumsi seorang diri. Jadi masih belum konsisten sepenuhnya terjun dalam dunia perdapuran, belum banyak menu masakan yang dicoba dimasak, masih harus banyak belajar lagi. 

Nah, saat kuliah di Perhotelan mengambil jurusan room division, pada tahun pertama mendapatkan materi dibidang produksi, diantaranya adalah kitchen dan pastry, di sini aku mau tidak mau harus ikutan praktik membuat aneka pastry, dan beberapa jenis menu makanan, baik lokal maupun internasional, karena memang masuk dalam modul penilaian. Semakin lama belajar semakin paham. Banyak tips, juga trik bagaimana menghasilkan sebuah makanan, aneka bakery, mengenal berbagai jenis bahan adonan, dan rempah-rempah yang terdapat di dalam resep. Diri kembali bersemangat ingin bisa memasak, apalagi di dalam kelas ada beberapa teman yang ambil jurusan production, dengan merekalah aku banyak belajar dan bertanya tentang dunia kuliner dan seluk beluknya. 

Dunia kuliner tidak saja ditekuni oleh kaum hawa, zaman sudah berubah pesat dan semakin modern, bidang yang memproduksi makanan di dapur ini bahkan bisa menjadi profesi spesial bagi kaum lelaki. Ya, sudah cukup banyak sekolah, dan akademi yang mewadai untuk belajar memperdalam kemahiran dalam mengolah makanan, atau pun minuman, baik dengan cita rasa lokal maupun internasional. Profesi yang sangat menjanjikan masa depan ini jika ditekuni dengan baik akan memiliki masa depan yang bagus, sebagai contoh bisa untuk bekerja di perhotelan, kapal pesiar, buka bisnis restoran, catering, bakery dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Dunia memasak sebenarnya bisa dipelajari kapan saja, oleh siapa saja, diusia berapa saja, tidak ada kata terlambat, intinya kalau kita mau belajar pasti bisa, seperti aku hanya selintas lalu mengenal dapur, praktik jika ada waktu dan dibutuhkan, sepanjang perjalanan hidup dari kecil hingga dewasa tidak melulu berhubungan nguprek di dapur, namun pada akhirnya benar-benar bisa memasak adalah ketika sudah menikah, saat itulah waktu di dapur begitu penting. Di mana rasa masakan ketika itu masih banyak kekurangan, bentuk wujud makanan tidak jelas, namun diri masih terus mau berjuang untuk belajar memasak, alhamdulillah pada akhirnya bisa menghasilkan lauk pauk, dan cemilan yang layak dimakan oleh anak-anak dan suami tercinta. Terus mencoba berbagai resep masakan dan makanan untuk variasi menu harian agar tidak bosan. Ketika kita memasak dengan penuh cinta dan kasih sayang, inshaallah menu hidangan yang dihasilkan akan menyehatkan, mengenyangkan juga enak untuk dinikmati. 

Jangan pernah menyerah dalam belajar memasak, belajarlah, apalagi dengan adanya dunia internet sekarang ini yang semakin canggih, semakin mudah kita untuk mendapatkan ilmu yang berhubungan dengan dunia kuliner, bisa mendapatkan informasi berbagai resep melalui Google, aplikasi masakan, atau bisa juga berguru langsung dengan ahlinya, baik belajar melalui kelas berbayar atau pun secara gratis melalui beberapa grup di media Facebook. Banyak cara deh, kalau kita mau, kan. 

Tidak dipungkiri makanan dan bola merupakan kecintaan yang bisa mengeratkan dan menyatukan hati banyak orang ciee. Kalau urusan perut sudah kenyang, ada kenikmatan, dan sesuai cita rasa, itu tuh seperti ada kepuasan tersendiri dalam diri seseorang. Wallahu alam. 

Sabar Itu Indah

Sabar merupakan sebuah kata yang sangat unik, bagaimana tidak, disebalik itu ada banyak sekali maknanya, perjuangan, dan hikmah. Banyak yang mengatakan bahwa sabar ada batasnya, aku pun pernah berkata begitu karena memang belum tahu arti kesabaran yang sesungguhnya, dahulu. Hanya sekedar saja memaknainya, kalau sabar itu ya seperti, berjalan pelan, jangan terburu-buru (dalam konteks arti kehidupan) ketika dihadapkan oleh sebuah ujian. 

Sebagai manusia biasa dan seorang hamba  yang nempunyai banyak sekali kelemahan, sering lupa, dan berbuat dosa, maka bersabar adalah salah satu jawaban. Ketika sedang berhadapan dengan sebuah problematika kehidupan, kadang kita ingin sekali semuanya cepat selesai, kalau bisa tidak ingin punya masalah dalam hidup ini, apalagi jika yang dihadapi begitu rumit sehingga membutuhkan jalan penyelesaian jangka panjang, memakan waktu, pikiran, bahkan sampai menyentuh segi keuangan. Nih, ini nih yang segalanya bikin jadi tidak sabaran, eh. 

Hidup di dunia adalah tempatnya ujian, selama hidup selama itu pula kita akan terus diuji oleh Allah SWT. Kalau memahami akan arti sebuah nasihat bahwa, "Allah akan bersama dengan orang-orang yang sabar".  Maka ada sedikit sentuhan ketenangan dalam jiwa, yakin bisa menjalani, dan melewati ujian yang diberi. Tahu bahwa setiap orang yang diuji berarti Allah sedang menyayangi diri kita. 

Darah muda, belum berpengalaman dalam hidup, tidak ada penyemangat, pola pikir yang sempit, tidak mempunyai pegangan hidup, keluarga yang tidak mendukung, lingkungan yang menyudutkan, ilmu agama yang kurang, itu semua membuat ujian hidup yang datang menjadi berat terasa. Akan grasa-grusu ketika menghadapinya, bahkan bisa panik, atau mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidup, yang ada dalam pikiran hanyalah satu, yang penting semua masalah selesai titik. 

Dengan ujian biasanya orang yang pernah dekat dengan kita akan menjauh, bahkan mungkin meninggalkan begitu saja, normal sih, itulah hidup itulah manusia. Ujian sebenarnya datang untuk mengingatkan kita untuk kembali ke jalan yang benar, menjadi lebih baik, dan berada dijalur betul. Saat diujilah kita akan kenal siapa teman, sabahat, atau pun keluarga. Itulah mengapa Allah menguji karena Dia ingin kita kembali kepada-Nya. 

Ujian datang bertubi-tubi dari berbagai sisi menghampiri, seperti kehilangan harta benda, kematian orang yang tersayang, terhimpit keuangan, dan masih banyak lagi keperitan hidup lainnya. Jika tidak ada iman dan keyakinan dalam dada, mungkin yang terlintas dalam diri adalah pikiran negatif, ya, akan berburuk sangka terhadap Sang Khalik, Allah SWT, Astagfirullah, jangan, ya. 

Namun jika ada ilmu agama, mengerti lebih dalam akan takdir diri, jalannya hidup yang harus diarungi sememangnya begitu, bahwa semua ujian itu adalah merupakan bagian dari garis kehidupan (jatah kita), harus dihadapi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. 

Bagaimana sih cara menyikapi cobaan kehidupan tersebut ? Jika kita diuji, sebaiknya tetap tenang dengan menyebut nama Allah, memperbanyak beristighfar, berdiam diri dengan merenungi apa saja yang selama ini pernah kita perbuat, ambillah air wudhu untuk melakukan shalat mendekatkan diri kepada Allah (baik wajib, atau pun sunah), jangan gegabah mengambil keputusan apa pun, tetap relaks baik jiwa mau pun raga, dengan begini inshaallah kepala kita bisa berpikir dengan baik dan bijak. Selalu diingat, bahwa ujian datangnya dari Allah, maka kembali harus memohon petunjuk jalan keluar juga kepada-Nya. 

Ada sebuah kalimat bijak mengatakan bahwa, "Setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya". Ya, intinya ujian hidup memang harus dihadapi, bukan dihindari, apalagi sampai cabut lari. Jika ketenangan diri sudah maksimal, inshaallah jalan keluar satu persatu akan datang dan ditunjukkan. Kita pun semakin matang dalam apa saja bentuk ujian yang akan hadir dikemudian hari. Cukup pasrah, redha, dan berserah diri dengan segala ketentuan-Nya. Setelah melewatinya, barulah kita tahu, sadar bahwa semua itu ada hikmah, dan akan indah pada akhirnya (hadiah tak terduga).






Lebaran di Kuala Lumpur 2021


Lebaran merupakan momen bahagia sebuah kemenangan bagi umat Islam di dunia setelah sebulan lamanya kita berpuasa. Hari yang paling dinantikan, dimana akan berkumpulnya keluarga, dan sanak saudara, dimana pun mereka berada diusahakan akan kembali pulang ke rumah untuk menyambut dan merayakannya. 

Namun tanpa dipungkiri bahwa ada yang berbeda mengganjal pada dua tahun terakhir momen tersebut, bahwa sebagian umat Islam tidak bisa merasakan kebebasan hakiki dalam bersosial selayaknya hari besar. Masih ada virus covid-19 yang merajalela, belum sepenuhnya musnah dari bumi, juga diseantero dunia. 

Ya, tahun ini dan setahun yang lalu tidak bisa merasakan nikmat shalat tarawih dibulan suci Ramadhan, dan shalat Ied  berjemaah di mesjid saat lebaran, karena larangan dari Kerajaan Malaysia untuk patuh dan mengikuti Standar Operasi Prosedur (SOP) yang berlaku. Beberapa hari sebelum Hari Raya kita sempat senang melihat berita di tivi dimana seorang Menteri mengabarkan bahwa diperbolehkan shalat Ied di mesjid dengan aturan tertentu, seperti menjaga jarak disetiap shaf shalat, membawa sajadah sendiri, dan sering mencuci tangan.  Duh seperti mendapat hadiah spesial ketika tahu hal itu, bahkan anak-anak gembira bukan main untuk menyiapkan segala keperluan yang akan dibawa nanti (alat shalat).  

Masih ada alternatif lain, yaitu shalat berjemaah bersama keluarga tercinta di rumah, tanpa mengurangi pahala dan momen Hari Raya, yang penting niat ikhlas karena Allah  SWT. 

Namun menjelang detik hari H tersebut, hari yang dinanti semua menjadi musnah seketika, diumumkan kembali oleh pihak Kerajaan melalui Menteri untuk melarang warga shalat Ied berjemaah di mesjid, aturan terkini yang bisa shalat hanya terbatas, yaitu sebanyak 50 orang saja. Berarti diperuntukkan bagi pihak mesjid dan orang tertentu saja. Duh kecewa sekali begitu tahu, tapi tetap harus dipatuhi apa pun yang berlaku sebagai warga yang baik. 

Harus semangat, tidak berpengaruh menjadi lemah, berpikir positif selalu bahwa aturan diberlakukan merupakan yang terbaik, sudah dibicarakan oleh ahlinya, diteliti dan disesuaikan dengan keadaan semasa yang sedang terjadi bagi melindungi semua rakyat Malaysia, mau pun kita sebagai pendatang asing. Diingatkan juga, ketika lebaran menerima tamu di rumah hanya sebanyak lima orang saja setiap datang, menyediakan sabun hand sanitizer, dan harus bermasker. Jika melanggar dan lebih orang dari yang ditetapkan, maka akan dikenakan sangsi (denda) ditempat sebesar RM1.000 per-orang. 

Memang benar adanya aturan tersebut dibuat demi kepentingan bersama. Pantauan dilakukan oleh pihak berkuasa (front liner, seperti polisi) dengan beronda keliling apartment, dan komplek sekitar menggunakan motor juga mobil. Ada teman di komplek sampai tutup pintu tidak ingin menerima tamu saat Hari Raya, karena takut yang datang banyak, lebih memilih amannya saja, dari pada repot. 

Persiapan lain yang biasa dilakukan adalah urusan nguprek di dapur, apalagi kalau bukan menyiapkan aneka juadah makanan lebaran, pastinya ketupat opor, dan rendang. Ya, ketiga itu merupakan diantara yang wajib ada, lengkap rasanya bagi memeriahkan Hari Raya. Ada juga menu lainnya, yaitu semur, sambal kentang pete, ayam goreng, sayur ketupat, rendang (sapi, dan kambing), dan kerupuk sebagai pelengkap. 

Tiga hari sebelum hari H sudah harus belanja segala bahan keperluan, kok cepat, ya, karena yang dimasak dalam jumlah besar, jadi harus disiapkan lebih awal. Tamu yang datang ke rumah terbilang banyak, belum lagi untuk dibagikan kepada tetangga terdekat, agar bisa merasakan juga kehangatan Islam di Hari Raya. Alhamdulillah biasanya pada siang hari semua makanan yang disediakan akan bersih tanpa sisa. 

Dan untuk urusan memasak pun lebih awal, dua hari sebelumnya sudah harus masak rendang, karena menu satu ini memang berbeda dari yang lain, masaknya memakan waktu berjam-jam, semakin lama dimasak semakin enak, kuahnya itu lho semakin nikmat. Segala sesuatu jika dimasak dengan hati, inshaallah ada keberkahan, amien. 

Setelah rendang, menu yang memakan waktu lainnya adalah ketupat, ini juga diawal sudah harus disiapkan, yaitu tadi karena banyak, dan ingin ketika malam Takbir Raya semua sudah siap, tinggal duduk santai dan cukup menghangatkan saja. 

Eh iya, bagaimana dengan kue lebaran, sudah dong, harus sudah siap juga. Itu yang pertama kali dibuat, teng saja memasuki hari pertama puasa sudah mulai nyicil membeli bahan-bahan kue kering dan proses eksekusi baking sedikit demi sedikit.  Laa, awalnya buat ? Barakallah rezeki setiap tahun selalu buat sebanyak 100 toples, merupakan permintaan keluarga angkat, dan atasan Pak Su. Ada juga beberapa teman yang pesan. 

Harapan diri dan kita semua berharap agar virus covid-19 ini bisa musnah dari bumi tercinta, bisa merasakan aktivitas sehari-hari seperti sedia kala, tidak ada batasan yang mengekang kebebasan berekspresi, bisa bersosialisai satu sama lain. Ya, Allah lindungi keluarga kami dari penyakit dan hal buruk yang menimpa, Amien ya rabbal alamin.