BERHIJAB MEMBUAT PENAMPILANKU LEBIH SEDERHANA


Pertama kali berhijab pada akhir tahun 2009, alhamdulillah semua berjalan lancar dan tidak ada halangan. Kebetulan mamah sudah berhijab lama jadi memudahkan proses kebiasaan diri, maksudnya segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia jilbab dan printilannya sudah siap tersedia, bisa pinjam tanpa perlu beli lagi.

Ketika itu proses bisnis di dunia otomatif (spare part motor dan mobil) berada pada tahap sudah waktunya mengundurkan diri dari perusahaan yang aku bangun selama 10 tahun, berbarengan dengan kuliah di Akpindo (Akademi Pariwisata Indonesia) Kalimalang, Jakarta Timur. Sudah dalam perencanaan sejak awal dan termasuk dalam bucket list impian hidup, kapan memulai dan kapan mengakhirinya. Kalau diikutkan memang sudah ada di zona aman, namun anak-anak semakin hari semakin membesar, waktu untuk mereka kadang tercuri dengan berbagai alasan meeting dan pekerjaan yang tiada habisnya, selalu dalam kesibukan. Harus diputuskan dan yakin dengan langkah ke depan, yaitu diri dan waktu akan dialokasikan hanya untuk keluarga. 

Berat, ya pasti! Karena akan memulai kehidupan baru yang tidak biasa dari sebelumnya, dimana butuh penyesuaian diri kembali. Namun bukan aku kalau tidak suka dengan tantangan hidup, apa pun yang direncanakan tetap berusaha yang terbaik dan memohon kepada Allah SWT dimudahkan segala proses dan niat baik.

Mengenakan hijab bukan hal baru bagiku, pernah berhijab ketika sekolah di Tsanawiyah Negeri 1 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Namun, memakainya hanya sekedar saja yaitu demi kepentingan di sekolah, belum sempurna untuk keseharian di rumah. Dunia remaja masih labil penuh gejolak muda, impian, cita-cita, belum nyaman dan memahami arti sebenar pentingnya hukum syariat Islam. Dalam lingkungan sekitar dan keluargapun tidak ada sosok yang mendorong ke arah itu karena situasi beban kehidupan yang begitu berat. 

Sekolah Tsanawiyah bukanlah pilihan pribadi sebenarnya, namun dinasihatkan oleh bapak tiri (Wiyono), dengan alasan ilmu agama yang aku punya kurang dan harus belajar lagi agar lebih tahu. 
Berjalannya waktu beranjak usia, beliau telah meninggal dunia, aku merasa begitu bersyukur sekali bisa merasakan sekolah agama Tsanawiyah. Barakallah pak, tanpa hadirmu dalam hidupku siapalah aku sekarang tanpa ilmu agama. Namamu selalu ada dalam setiap doa dan sujudku. Terima kasih, Pak. Al Fatihah. 

Kembali keproses hijab, nggak langsung pakai jilbab panjang menjuntai dengan ukuran XL atau lebih dong, yang penting pakai dan menutupi depan belakang badan seadanya, maklum proses, belum biasa, hayaa... alasan banget. Oh ya, jilbab masih pinjam mama lho, pada akhirnya diri merasa nggak enak pinjam terus, akhirnya coba beli sendiri di Mall Botani, Bogor. Dengan semangat 45 deh bawa mobil, eh pas sampai di booth penjual jilbab aku malah bingung, gimana nggga coba ternyata ditanya sama mbaknya "mau ukuran berapa bu ?" 

Sumpah blank mau jawab apa, hanya bengong sesaat, ternyata ada ukurannya toh hehehe, baru tahu. Eh maksudnya apa ya (masih ngebatin lagi), ukuran kepala, atau panjang pendeknya jilbab. Ha daripada bingung baik tanya. Alhamdulillah si mbak menjelaskan dengan baik, dan akupun memberi tahu bahwa ini pertama kali berhijab. 

Pilihan jatuh pada size S, namun lama kelamaan ukuran pun berubah bertahap lebih panjang dan panjang lagi, sehingga merasa nyaman menutup aurat dengan ukuran XXL. 

Tahu akan pentingnya berhijab bagi seorang muslimah, akupun membiasakan kepada anak gadisku untuk mengenakan hijab sejak dini, yaitu sekitar usia 6 bulan. Dengan tujuan agar terbiasa dan tidak canggung lagi jjka dewasa kelak. Pertama kali pakai hijab tujuan awal adalah supaya ketika jalan keluar rumah badan dan rambut tidak terkena debu juga sebagai pengganti topi. Alhamdulillah anak-anak malah suka dan nyaman dengan jilbabnya. Pernah suatu hari mencoba untuk tidak memakai jilbab justru mereka merasa malu dan tidak nyaman. Barakallah Nak, memang begitulah sebaiknya. 

 


Semenjak berhijab seluruh penampilanku lebih sederhana, sebelumnya bisa dikatakan wah yang penting suka namun alhamdulillah secara otomatis hijab merubah segalanya, baik luar maupun dalaman. Langkah hidup lebih terarah, segalanya dipikirkan terlebih dahulu sebelum bertindak dari sisi Islam dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Oh, ya niat berhijabku melalui proses doa, memohon kepada Allah agar dibimbing menuju jalan-Nya, Jalan berkah dan diridhai, amien. 

Banyak teman-teman yang terkejut melihat penampilan baruku dengan berhijab, bahkan mungkin tidak menyangka akan berubah. . Begitulah sebuah proses, butuh penyesuaian diri. Tapi ada yang nyinyir juga lho dari seorang teman kuliah yang memang kita tidak pernah memiliki kecocokan satu sama lain, dengan mengatakan bahwa aku sudah jatuh miskin hehehe (sepertinya ini ujian berhijab). Astagfirullah alazim, kok bisa segitunya menilai hanya dari luaran saja. Lalu aku marah ? Ya nggaklah hanya bisa senyum simpul aja menikmati lucunya situasi hiks, semoga suatu hari nanti dia diberikan hidayah untuk bisa berhijab juga, amien. 


HIJRAH INI INDAH

Saat aku memilih jalan hijrah, 
Aku kuatkan niat dalam hati, 
Akan terus berjalan maju ke depan. 

Jika Kau minta aku pulang kemasa lalu, 
Sekali pun kau ambil nyawaku, 
Aku akan setia di jalan ini. 

Aku telah jatuh cinta pada jalan hijrah, 
Meski laluannya penuh penderitaan 
dan kesulitan.

Tetapi ada satu hal membuat aku setia 
di jalan ini yaitu KETENANGAN. 

"SAHAJA AKU BERHIJRAH 
 KARENA ALLAH TAALA". 









Tidak ada komentar