Lebaran di Kuala Lumpur 2021


Lebaran merupakan momen bahagia sebuah kemenangan bagi umat Islam di dunia setelah sebulan lamanya kita berpuasa. Hari yang paling dinantikan, dimana akan berkumpulnya keluarga, dan sanak saudara, dimana pun mereka berada diusahakan akan kembali pulang ke rumah untuk menyambut dan merayakannya. 

Namun tanpa dipungkiri bahwa ada yang berbeda mengganjal pada dua tahun terakhir momen tersebut, bahwa sebagian umat Islam tidak bisa merasakan kebebasan hakiki dalam bersosial selayaknya hari besar. Masih ada virus covid-19 yang merajalela, belum sepenuhnya musnah dari bumi, juga diseantero dunia. 

Ya, tahun ini dan setahun yang lalu tidak bisa merasakan nikmat shalat tarawih dibulan suci Ramadhan, dan shalat Ied  berjemaah di mesjid saat lebaran, karena larangan dari Kerajaan Malaysia untuk patuh dan mengikuti Standar Operasi Prosedur (SOP) yang berlaku. Beberapa hari sebelum Hari Raya kita sempat senang melihat berita di tivi dimana seorang Menteri mengabarkan bahwa diperbolehkan shalat Ied di mesjid dengan aturan tertentu, seperti menjaga jarak disetiap shaf shalat, membawa sajadah sendiri, dan sering mencuci tangan.  Duh seperti mendapat hadiah spesial ketika tahu hal itu, bahkan anak-anak gembira bukan main untuk menyiapkan segala keperluan yang akan dibawa nanti (alat shalat).  

Masih ada alternatif lain, yaitu shalat berjemaah bersama keluarga tercinta di rumah, tanpa mengurangi pahala dan momen Hari Raya, yang penting niat ikhlas karena Allah  SWT. 

Namun menjelang detik hari H tersebut, hari yang dinanti semua menjadi musnah seketika, diumumkan kembali oleh pihak Kerajaan melalui Menteri untuk melarang warga shalat Ied berjemaah di mesjid, aturan terkini yang bisa shalat hanya terbatas, yaitu sebanyak 50 orang saja. Berarti diperuntukkan bagi pihak mesjid dan orang tertentu saja. Duh kecewa sekali begitu tahu, tapi tetap harus dipatuhi apa pun yang berlaku sebagai warga yang baik. 

Harus semangat, tidak berpengaruh menjadi lemah, berpikir positif selalu bahwa aturan diberlakukan merupakan yang terbaik, sudah dibicarakan oleh ahlinya, diteliti dan disesuaikan dengan keadaan semasa yang sedang terjadi bagi melindungi semua rakyat Malaysia, mau pun kita sebagai pendatang asing. Diingatkan juga, ketika lebaran menerima tamu di rumah hanya sebanyak lima orang saja setiap datang, menyediakan sabun hand sanitizer, dan harus bermasker. Jika melanggar dan lebih orang dari yang ditetapkan, maka akan dikenakan sangsi (denda) ditempat sebesar RM1.000 per-orang. 

Memang benar adanya aturan tersebut dibuat demi kepentingan bersama. Pantauan dilakukan oleh pihak berkuasa (front liner, seperti polisi) dengan beronda keliling apartment, dan komplek sekitar menggunakan motor juga mobil. Ada teman di komplek sampai tutup pintu tidak ingin menerima tamu saat Hari Raya, karena takut yang datang banyak, lebih memilih amannya saja, dari pada repot. 

Persiapan lain yang biasa dilakukan adalah urusan nguprek di dapur, apalagi kalau bukan menyiapkan aneka juadah makanan lebaran, pastinya ketupat opor, dan rendang. Ya, ketiga itu merupakan diantara yang wajib ada, lengkap rasanya bagi memeriahkan Hari Raya. Ada juga menu lainnya, yaitu semur, sambal kentang pete, ayam goreng, sayur ketupat, rendang (sapi, dan kambing), dan kerupuk sebagai pelengkap. 

Tiga hari sebelum hari H sudah harus belanja segala bahan keperluan, kok cepat, ya, karena yang dimasak dalam jumlah besar, jadi harus disiapkan lebih awal. Tamu yang datang ke rumah terbilang banyak, belum lagi untuk dibagikan kepada tetangga terdekat, agar bisa merasakan juga kehangatan Islam di Hari Raya. Alhamdulillah biasanya pada siang hari semua makanan yang disediakan akan bersih tanpa sisa. 

Dan untuk urusan memasak pun lebih awal, dua hari sebelumnya sudah harus masak rendang, karena menu satu ini memang berbeda dari yang lain, masaknya memakan waktu berjam-jam, semakin lama dimasak semakin enak, kuahnya itu lho semakin nikmat. Segala sesuatu jika dimasak dengan hati, inshaallah ada keberkahan, amien. 

Setelah rendang, menu yang memakan waktu lainnya adalah ketupat, ini juga diawal sudah harus disiapkan, yaitu tadi karena banyak, dan ingin ketika malam Takbir Raya semua sudah siap, tinggal duduk santai dan cukup menghangatkan saja. 

Eh iya, bagaimana dengan kue lebaran, sudah dong, harus sudah siap juga. Itu yang pertama kali dibuat, teng saja memasuki hari pertama puasa sudah mulai nyicil membeli bahan-bahan kue kering dan proses eksekusi baking sedikit demi sedikit.  Laa, awalnya buat ? Barakallah rezeki setiap tahun selalu buat sebanyak 100 toples, merupakan permintaan keluarga angkat, dan atasan Pak Su. Ada juga beberapa teman yang pesan. 

Harapan diri dan kita semua berharap agar virus covid-19 ini bisa musnah dari bumi tercinta, bisa merasakan aktivitas sehari-hari seperti sedia kala, tidak ada batasan yang mengekang kebebasan berekspresi, bisa bersosialisai satu sama lain. Ya, Allah lindungi keluarga kami dari penyakit dan hal buruk yang menimpa, Amien ya rabbal alamin.