Kapan Belajar Memasak



Bicara tentang nguprek di dapur tidak ada batasan umur, yang jelas dan pasti adalah identik dengan kaum perempuan, iya dong, karena selalunya kitalah yang ada di ruangan berasap tersebut, eh, dapur ngebul deng heu. Keknya kalau cewek nggak bisa masak aneh ya, atau bahkan malu. Ya, iya dong, kan kita merupakan calon seorang isteri dan ibu bagi anak-anak dikemudian hari, yang mau tidak mau pasti akan memasak di dapur untuk kepentingan perut seisi keluarga, begitulah salah satu pesan ibu ketika menasihati anak perempuannya, tidak semua begitu sih, tapi memasak merupakan modal utama untuk menjadi seorang ibu. Ya, minimal bisa masak yang ringan-ringan sebagai awal pengenalan dunia dapur, seperti masak air, nasi atau indomie rebus, yang penting judulnya dimasak dengan matang dan bisa dimakan hehehe. 

Aku pun termasuk yang tidak pandai memasak, tahu memasak dari mamah, karena waktu kecil setiap hari melihat, dan mencium aroma masakannya ketika beliau mempersiapkan hidangan untuk kita sekeluarga. Kalau dirasa ringan dan bisa menolong biasanya mamah akan menyuruh aku untuk membantu, seperti kupas bawang, copot tangkai cabai, potong sayuran, dan sejenisnya. Kala itu umurku sekitar 8 tahunan, masih duduk di sekolah dasar, dan seingatku kompor yang digunakan masih memakai minyak tanah yang ada sumbunya, jadi kalau kurang berhati-hati dalam menyalakan kompor atau api kurang bersahabat dapat dipastikan ada hitam blepotan disekitar muka si pemasak, sekitar tahun 90-an (ketahuan deh umurku heu). 

Seiring waktu berjalan menginjak usia remaja aku melihat kakak ipar memasak untuk makan siang, diantara lauk pauk yang dihidangkan antara lain perkedel jagung, sup ayam, dan balado kentang. Tidak pernah menyangka lauk pauk sederhana tersebut menjadi kenangan dan merupakan puncak awal aku merasa termotivasi ingin sekali belajar memasak, entah mengapa tiba-tiba saja rasa itu timbul, pokoknya dalam diri tuh merasakan ada satu penasaran ingin tahu bagaimana caranya menghasilkan sebuah masakan, kalau bisa masak sepertinya diri ini merasa bangga sebagai perempuan, begitu membatin dalam hati. 

Hasrat terpendam ingin bisa memasak terwujud ketika dibangku kuliah, saat aku sudah mapan dalam berkarir, memiliki income, dan mandiri. Mencoba memasak lauk ringan untuk makan sendiri, mulai dari goreng-gorengan, sayur bening, hingga yang bersambal, pokoknya yang dimasak tidak makan waktu lama di dapur, menu praktis, dan ringan. Mencoba berbagai resep sederhana, dan alhamdulillah tidak selalu berhasil hehehe, ada beberapa kali gagal, baik dari segi rasa, bentuk atau pun hasil akhir yang berantakan. Ada saja kekurangannya, tidak putus asa begitu saja, terus mencoba hingga berhasil dan diri merasa puas. Kegiatan memasak tidak setiap hari, jarang, kalau libur kerja dan dirasa ingin makan sesuatu buatan tangan sendiri saja maka akan masak, namun jika malas melanda dan ingin santai menikmati waktu libur atau kesibukan akan kerja yang harus mencapai target, ya cukup beli lauk jadi aja, karena memang hanya dikonsumsi seorang diri. Jadi masih belum konsisten sepenuhnya terjun dalam dunia perdapuran, belum banyak menu masakan yang dicoba dimasak, masih harus banyak belajar lagi. 

Nah, saat kuliah di Perhotelan mengambil jurusan room division, pada tahun pertama mendapatkan materi dibidang produksi, diantaranya adalah kitchen dan pastry, di sini aku mau tidak mau harus ikutan praktik membuat aneka pastry, dan beberapa jenis menu makanan, baik lokal maupun internasional, karena memang masuk dalam modul penilaian. Semakin lama belajar semakin paham. Banyak tips, juga trik bagaimana menghasilkan sebuah makanan, aneka bakery, mengenal berbagai jenis bahan adonan, dan rempah-rempah yang terdapat di dalam resep. Diri kembali bersemangat ingin bisa memasak, apalagi di dalam kelas ada beberapa teman yang ambil jurusan production, dengan merekalah aku banyak belajar dan bertanya tentang dunia kuliner dan seluk beluknya. 

Dunia kuliner tidak saja ditekuni oleh kaum hawa, zaman sudah berubah pesat dan semakin modern, bidang yang memproduksi makanan di dapur ini bahkan bisa menjadi profesi spesial bagi kaum lelaki. Ya, sudah cukup banyak sekolah, dan akademi yang mewadai untuk belajar memperdalam kemahiran dalam mengolah makanan, atau pun minuman, baik dengan cita rasa lokal maupun internasional. Profesi yang sangat menjanjikan masa depan ini jika ditekuni dengan baik akan memiliki masa depan yang bagus, sebagai contoh bisa untuk bekerja di perhotelan, kapal pesiar, buka bisnis restoran, catering, bakery dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Dunia memasak sebenarnya bisa dipelajari kapan saja, oleh siapa saja, diusia berapa saja, tidak ada kata terlambat, intinya kalau kita mau belajar pasti bisa, seperti aku hanya selintas lalu mengenal dapur, praktik jika ada waktu dan dibutuhkan, sepanjang perjalanan hidup dari kecil hingga dewasa tidak melulu berhubungan nguprek di dapur, namun pada akhirnya benar-benar bisa memasak adalah ketika sudah menikah, saat itulah waktu di dapur begitu penting. Di mana rasa masakan ketika itu masih banyak kekurangan, bentuk wujud makanan tidak jelas, namun diri masih terus mau berjuang untuk belajar memasak, alhamdulillah pada akhirnya bisa menghasilkan lauk pauk, dan cemilan yang layak dimakan oleh anak-anak dan suami tercinta. Terus mencoba berbagai resep masakan dan makanan untuk variasi menu harian agar tidak bosan. Ketika kita memasak dengan penuh cinta dan kasih sayang, inshaallah menu hidangan yang dihasilkan akan menyehatkan, mengenyangkan juga enak untuk dinikmati. 

Jangan pernah menyerah dalam belajar memasak, belajarlah, apalagi dengan adanya dunia internet sekarang ini yang semakin canggih, semakin mudah kita untuk mendapatkan ilmu yang berhubungan dengan dunia kuliner, bisa mendapatkan informasi berbagai resep melalui Google, aplikasi masakan, atau bisa juga berguru langsung dengan ahlinya, baik belajar melalui kelas berbayar atau pun secara gratis melalui beberapa grup di media Facebook. Banyak cara deh, kalau kita mau, kan. 

Tidak dipungkiri makanan dan bola merupakan kecintaan yang bisa mengeratkan dan menyatukan hati banyak orang ciee. Kalau urusan perut sudah kenyang, ada kenikmatan, dan sesuai cita rasa, itu tuh seperti ada kepuasan tersendiri dalam diri seseorang. Wallahu alam. 

Sabar Itu Indah

Sabar merupakan sebuah kata yang sangat unik, bagaimana tidak, disebalik itu ada banyak sekali maknanya, perjuangan, dan hikmah. Banyak yang mengatakan bahwa sabar ada batasnya, aku pun pernah berkata begitu karena memang belum tahu arti kesabaran yang sesungguhnya, dahulu. Hanya sekedar saja memaknainya, kalau sabar itu ya seperti, berjalan pelan, jangan terburu-buru (dalam konteks arti kehidupan) ketika dihadapkan oleh sebuah ujian. 

Sebagai manusia biasa dan seorang hamba  yang nempunyai banyak sekali kelemahan, sering lupa, dan berbuat dosa, maka bersabar adalah salah satu jawaban. Ketika sedang berhadapan dengan sebuah problematika kehidupan, kadang kita ingin sekali semuanya cepat selesai, kalau bisa tidak ingin punya masalah dalam hidup ini, apalagi jika yang dihadapi begitu rumit sehingga membutuhkan jalan penyelesaian jangka panjang, memakan waktu, pikiran, bahkan sampai menyentuh segi keuangan. Nih, ini nih yang segalanya bikin jadi tidak sabaran, eh. 

Hidup di dunia adalah tempatnya ujian, selama hidup selama itu pula kita akan terus diuji oleh Allah SWT. Kalau memahami akan arti sebuah nasihat bahwa, "Allah akan bersama dengan orang-orang yang sabar".  Maka ada sedikit sentuhan ketenangan dalam jiwa, yakin bisa menjalani, dan melewati ujian yang diberi. Tahu bahwa setiap orang yang diuji berarti Allah sedang menyayangi diri kita. 

Darah muda, belum berpengalaman dalam hidup, tidak ada penyemangat, pola pikir yang sempit, tidak mempunyai pegangan hidup, keluarga yang tidak mendukung, lingkungan yang menyudutkan, ilmu agama yang kurang, itu semua membuat ujian hidup yang datang menjadi berat terasa. Akan grasa-grusu ketika menghadapinya, bahkan bisa panik, atau mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidup, yang ada dalam pikiran hanyalah satu, yang penting semua masalah selesai titik. 

Dengan ujian biasanya orang yang pernah dekat dengan kita akan menjauh, bahkan mungkin meninggalkan begitu saja, normal sih, itulah hidup itulah manusia. Ujian sebenarnya datang untuk mengingatkan kita untuk kembali ke jalan yang benar, menjadi lebih baik, dan berada dijalur betul. Saat diujilah kita akan kenal siapa teman, sabahat, atau pun keluarga. Itulah mengapa Allah menguji karena Dia ingin kita kembali kepada-Nya. 

Ujian datang bertubi-tubi dari berbagai sisi menghampiri, seperti kehilangan harta benda, kematian orang yang tersayang, terhimpit keuangan, dan masih banyak lagi keperitan hidup lainnya. Jika tidak ada iman dan keyakinan dalam dada, mungkin yang terlintas dalam diri adalah pikiran negatif, ya, akan berburuk sangka terhadap Sang Khalik, Allah SWT, Astagfirullah, jangan, ya. 

Namun jika ada ilmu agama, mengerti lebih dalam akan takdir diri, jalannya hidup yang harus diarungi sememangnya begitu, bahwa semua ujian itu adalah merupakan bagian dari garis kehidupan (jatah kita), harus dihadapi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. 

Bagaimana sih cara menyikapi cobaan kehidupan tersebut ? Jika kita diuji, sebaiknya tetap tenang dengan menyebut nama Allah, memperbanyak beristighfar, berdiam diri dengan merenungi apa saja yang selama ini pernah kita perbuat, ambillah air wudhu untuk melakukan shalat mendekatkan diri kepada Allah (baik wajib, atau pun sunah), jangan gegabah mengambil keputusan apa pun, tetap relaks baik jiwa mau pun raga, dengan begini inshaallah kepala kita bisa berpikir dengan baik dan bijak. Selalu diingat, bahwa ujian datangnya dari Allah, maka kembali harus memohon petunjuk jalan keluar juga kepada-Nya. 

Ada sebuah kalimat bijak mengatakan bahwa, "Setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya". Ya, intinya ujian hidup memang harus dihadapi, bukan dihindari, apalagi sampai cabut lari. Jika ketenangan diri sudah maksimal, inshaallah jalan keluar satu persatu akan datang dan ditunjukkan. Kita pun semakin matang dalam apa saja bentuk ujian yang akan hadir dikemudian hari. Cukup pasrah, redha, dan berserah diri dengan segala ketentuan-Nya. Setelah melewatinya, barulah kita tahu, sadar bahwa semua itu ada hikmah, dan akan indah pada akhirnya (hadiah tak terduga).